17.23.00
Home » , » Film Dokumenter Sebagai Perekat Budaya dan Sosial Home » , » Film Dokumenter Sebagai Perekat Budaya dan Sosial

Film Dokumenter Sebagai Perekat Budaya dan Sosial

Oke, Selamat apa aja deh.. hehehe.
Tapi khusus untuk wilayah jogja dan sekitarnya,  Saya ucapkan selamat malam untuk kalian semua.
Semoga kalian tak bosan-bosan membaca postingan demi postingan Saya yang mungkin salah satu dari kalian menganggapnya sebagai hiburan, atau informasi, atau bahkan untuk referensi memaki-maki orang. Silahkan! Disini kalian bebas.

Hahahahaha.. (embuh ngomong opo)
Yapz.. postingan kali ini adalah selingan dari beberapa postingan yang selalu tidak serius.
Daripada terus menerus membaca tabik yang gag bakal abis ini, mendingan langsung ke TKP aja dah, Gan!

***

Beberapa kali gagal dalam hal memejamkan mata.
Kalian tahu? Bagiku begadang adalah hal biasa. Dan lagi-lagi aku melakukannya tadi malam, sampai-sampai mataku ku biarkan pedas dan badanku ku biarkan berlenggak-lenggok bak penari erotis. Hufhhh..
Pagi yang dingin.
Selamat pagi matahari. Beberapa kali tak sempat menyapamu, sekarang aku bahkan tak hanya menyapamu tapi juga ikut menuntunmu untuk pergi bekerja. Aku berhasil melihat matahari.

***

“Hari ini sepertinya ada sesuatu pelajaran lagi,”bergumam sendiri.
Mengutak-atik file-file di folder yang sedemikian banyak, akhirnya menemukan sebuah pamflet berformat JPEG. Oh.. hari ini ada diskusi film dokumenter dengan tema Film Dokumenter Sebagai Perekat Budaya dan Sosial. Yang diadakan di Movie Box, Seturan, Yogyakarta. Jam 13.00 WIB.

***

Menunggu dengan bosan hingga tiba saatnya jam 1 siang.
Bersama Tomo- teman bolokurowo Saya, akhirnya bisa mengikuti serangkaian acara diskusi tersebut,
Berikut pembahasannya :

FILM DOKUMENTER SEBAGAI PEREKAT BUDAYA SAN SOSIAL
1.    Dokumenter sebagai fungsi budaya

Budaya bisa menjadi alat pemersatu bangsa, karena melalui kebudayaan antar warga masyarakat akan semakin akrab. Untuk itu, setiap daerah perlu memperbanyak karnaval budaya, karena kegiatan tersebut dapat memperkokoh persatuan bangsa.
Film sebagai cermin kebudayaan. Hubungan antara film dan kebudayaan adalah seperti ayam dan telur ayam. Film tentu saja dapat menjadi produk budaya, selama film itu bisa mewakili muatan budaya yang dapat dilestarikan.
Melalui film yang mengangkat tema budaya dapat menjadi salah satu unsur jati diri bangsa Indonesia dan mampu membangkitkan rasa solidaritas menuju persatuan. Contoh dokumenter Wayang mempunyai peran yang bermakna dalam kehidupan dan pembangunan budaya khususnya guna membentuk watak bangsa. Oleh karena itu usaha untuk melesatarikan dan mengembangkan kesenian wayang harus terus menerus ditingkatkan salah satunya melalui audio visual.
Ada empat nilai tersirat dalam hakekat wayang yaitu, wayang bernapaskan keluasan pandangan mengedepankan dialog dalam perbedaan, wayang bernapaskan toleransi terhadap pluralis untuk menerima komunitas lain, wayang mengandung kadar kemanusiaan yang dapat memperlihatkan kenyataan bahwa dalam kelas sosial ada orang baik dan orang buruk, wayang bukan sederetan ajaran teoritis melainkan wayang berbicara lewat contoh konkrit.
Wayang adalah wahana untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia menjadi lebih bermutu.
Melihat begitu kompleknya suatu unsur budaya seperti wayang diatas tentunya membutuhkan suatu media yang dapat merepresentasi suatu fakta yang tersirat didalam unsur budaya itu sendiri. Salah satu media yang tepat adalah melalui pembuatan film dokumenter, dokumenter dapat diartikan begitu luas dan dapat difungsikan sebagai perangkat fakta yang penuh esensial, tentunya suatu budaya sangat membutuhkan alat seperti ini.

2.    Dokumenter sebagai fungsi sosial

Berkreatifitas merupakan salah satu bentuk dari aktualisasi diri manusia. Sebuah aktualisasi diri yang mendasarkan pada kebebasan berfikir manusia untuk menciptakan sesuatu hal yang berbeda dari pada umumnya (mainstream). Film merupakan salah satu media representasi yang dihasilkan dari tindakan kreatif atau interpretasi atas realitas yang tidak terbatas, yang tidak mungkin mampu ditangkap atau digambarkan secara utuh.
Film dokumenter merupakan cara atau bentuk yang tepat untuk menyampaikan pesan para pembuat film dokumenter terhadap kejadian-kejadian yang terjadi di sekitar kehidupan manusia. Agar mereka yang menonton bisa memetik pelajaran berguna dari realita yang terjadi saat ini.
Film “Pejuang Dunia Sunyi” ingin menyampaikan banyak hal yang terkait dengan isu hal minoritas. Film ini menceritakan mengenai kaum difabel yang selama ini kesetaraan hak dan aksebilitasnya tidak terpenuhi. Kaum difabel terkesan terpinggirkan hampir disemua lini mulai dari pendidikan, akses pekerjaan hingga sosial kemasyarakatan. Dalam kenyataannya saat ini, perhatian pemerintah terhadap kaum difabel boleh dikatakan masih sangat minim. Benar memang pemerintah pusat telah mengeluarkan kebijakan untuk kaum difabel. Diantaranya, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat, Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1998 tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat, Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 468/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis Aksebilitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan. Namun penerapan di lapangan atas regulasi tersebut masih jauh panggang dari pada api.
Selama ini dalam masyarakat kita masih ada dikotomi antara manusia sempurna dan tidak sempurna. Manusia sempurna didefinisikan sebagai individu yang memiliki kelengkapan fungsi fisik manusia pada umumnya. Sementara bagi individu yang memiliki penyimpangan pada fungsi fisik dan mental, maka dia dikategorikan sebagai individu yang tidak sempurna. Padahal difabel itu bukan berarti tak bisa apa-apa. Dilihat dari diksi difabel, yang singkatan dari different abled people atau orang dengan kemampuan berbeda, mereka punya kemampuan, tapi tentunya tak sesempurna seperti yang normal. Tetapi yang penting untuk dicatat, mereka mempunyai kemampuan. Keterbatasan fisik seperti buta, cacat kaki, tunarungu bukan berarti bodoh, karena mereka bisa melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya maupun bagi orang lain apabila diberikan kesempatan.
Kini sudah saatnya kita mulai bergerak untuk melakukan langkah nyata, dengan film dokumenter berjudul “Pejuang Dunia Sunyi” diharapkan pihak-pihak yang merasa memikul tanggungjawab akan kehidupan kaum difabel yang lebih baik, supaya tersadarkan dan segera melakukan action. Pada akhirnya semua berharap kaum difabel dapat dipandang sebagaimana individu normal lainnya, dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

***

Begitulah kurang lebihnya materi yang disampaikan oleh pembicara yaitu Mas Heri Setyawan (Dosen AKINDO), Mas Abraham (dari FFD Jogja), Mas Andi (Sutradara Film “Pejuang Dunia Sunyi”), dan Mas Umar (Tokoh “Pejuang Dunia Sunyi”).

***

Mungkin cukup sekian postingan Saya kali ini.
Semoga bermanfaat.

SALAM KARYA DAN HIDUPLAH
JANGAN PERNAH BERHENTI BERMIMPI

0 kritikan:

Posting Komentar

Tempat Menghujat

readbud - get paid to read and rate articles
kotak sampah™. Diberdayakan oleh Blogger.