Tampilkan postingan dengan label artikel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label artikel. Tampilkan semua postingan
21.55.00

Selamat hujan


Selamat hujan. Seperti orang tua sering katakan, bahwa Januari pertanda hujan sehari-hari. Memang benar, bertahun-tahun menjumpai Januari memang seperti itu, hanya sedikit yang tidak. Tidak lengkap jika ada panas, namun tak ada hujan. Maka dari itu, saya merasa berterima kasih kepada Tuhannya hujan, hujannya Januari.
Hujan pasti selalu digambarkan dengan air yang berjatuhan dari langit-langit gelap (terkadang langit terang juga). Itu memang benar, tidak mungkin tidak, meskipun tidak itu hanya godaan langit yang genit.  Akan tetapi, ada banyak orang juga yang memaknai hujan tidak seperti biasanya orang. Ada yang memaknai hujan itu sebagai lambang kesedihan. Seperti sajak Anxietas:
hujan yang turun malam hari hantarkan dingin ke ruang ini,
ada juga kerinduan dan kegalauan, menusuk-nusuk ke dalam dada
bersama gemerisik radio, berbisik-bisik nyanyikan lagu lama
"mengapa tetap tersimpan kesedihan?"
hanya kebisuan yang menjawab tanya
karena kepedihan sukar diceritakan sebabnya,
karena bertumpuk kegalauan dalam alam bawah sadar,
karena setiap saat memandang kenyataan senantiasa menikam

'kau pemimpi. kau lebur dalam dunia ideamu sendiri..."

Cilegon- Malang, 1997
11.19.00

Filosofi Tempe


Kita bangsa besar, kita bukan bangsa tempe. Kita tidak akan mengemis, kita tidak akan minta-minta apalagi jika bantuan-bantuan itu diembel-embeli dengan syarat ini syarat itu ! Lebih baik makan gaplek tetapi merdeka, dari pada makan bestik tetapi budak


Presiden Soekarno, HUT Proklamasi RI, 1963
Tentu kiasan bangsa tempe yang dimaksud mendiang Soekarno dalam pidato pembakar semangat itu kita artikan sebagai sifat lembek dan murahan. Proklamator kita ini memang terkenal berani dalam memilih kata, intonasi dan bahasa tubuh dalam pidatonya bahkan terkadang terasa kasar dan vulgar. Namun saat itu rakyat Indonesia tak pernah melakukan pembodohan dan picik dengan meneropong kata-kata kasar itu kemudian mengkritisi dan menggunakannya sebagai peluru politik murahan. Kalimat, paragraf sampai naskah dari pidato sang Orator Kampiun itu dipahami secara utuh. Sebuah sikap dewasa dalam merealisasikan tut wuri handayani pada pemimpinnya. Artikel populer ini memetik kata tempe dan mengaitkannya dengan salah satu mimpi besar Soekarno-Hatta yaitu merdeka khususnya dari perspektif merdeka pangan. Tempe itu bahan baku utamanya adalah kacang kedelai atau sering disingkat kedelai tanpa kacang sebagai kata depan karena sudah sangat lazim dan kedelai itu esa maknanya. Atas bantuan spora yang tumbuh di kedelai yang sudah dicuci dan rebus itu jadilah bahan tempe yang siap digoreng, direbus atau dimasak sebagai sayur atau sambal goreng sesuai rasa lidah Nusantara.
02.18.00

Perdebatan Gula dan Garam

Prolog
Photobucket
Gula itu manis dan Garam itu asin.
Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan komoditi perdagangan utama. Gula paling banyak diperdagangkan dalam bentuk kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk mengubah rasa menjadi manis dan keadaan makanan atau minuman. Gula sederhana, seperti glukosa (yang diproduksi dari sukrosa dengan enzim atau hidrolisis asam), menyimpan energi yang akan digunakan oleh sel.

Pertama kali gula dikenal oleh orang-orang Polynesia lalu menyebar ke India dan terus menyebar.

dan   

garam ialah senyawa netral yang terdiri atas ion-ion.

Mana yang yang lebih hebat? Gula atau Garam?milkysmile
readbud - get paid to read and rate articles
kotak sampah™. Diberdayakan oleh Blogger.