Jogja layaknya Jakarta dan Surabaya.
Sabtu kali ini adalah sabtu yang sangat amat tidak nyaman untuk dipakai keluar rumah. Udara kota sudah dipenuhi karbondioksida sejak pagi. Sejak pagi ini, suasana kota Jogja memang tidak dapat membuat mulut kami menekuk ke atas. Pagi sampai siang udara yang seharusnya dingin, malah kebalikannya, panas sekali. Jalanan ramai, padat, dan bising sejak pagi. Bis-bis dalam dan luar kota berebutan mencari tempat terdepan. Mobil-mobil dengan segala merk, berhamburan mencari celah-celah untuk menerobos bis. Kendaraan-kendaraan roda dua, selalu menjadi sasaran roda empat. Mirisnya, bagi para pejalan kaki harus menelusuri gang demi gang demi mendapatkan tempat yang nyaman untuk menggerakkan kakinya . Mungkin jika berjalan di trotoar, mereka takut terserempet kendaraan,takut terkena cipratan genangan air (karena ini musim hujan), takut kena tabrak lari, lalu bisa juga takut terkena asap kendaraan yang bisa merusak kulit.
Jogja benar-benar seperti negara yang lagi dijajah. Setiap kali kita keluar rumah, menuju jalanan , yang kita temukan hanya kendaraan ber-plat luar jogja. Satu langkah kaki, mata memandang, beberapa plat luar jogja memenuhi rambu-rambu lalu lintas. Beberapa nampak kendaraan roda melintas, setelah diamat-amati juga plat non-AB. Orang –orang yang wara-wiri pun bermacam-macam. Pemandangan yang menakjubkan. Memang benar ketika Ngayogkarta Hadiningrat dikatakan sebagai Indonesia Mini.
Jogja benar-benar seperti negara yang lagi dijajah. Setiap kali kita keluar rumah, menuju jalanan , yang kita temukan hanya kendaraan ber-plat luar jogja. Satu langkah kaki, mata memandang, beberapa plat luar jogja memenuhi rambu-rambu lalu lintas. Beberapa nampak kendaraan roda melintas, setelah diamat-amati juga plat non-AB. Orang –orang yang wara-wiri pun bermacam-macam. Pemandangan yang menakjubkan. Memang benar ketika Ngayogkarta Hadiningrat dikatakan sebagai Indonesia Mini.
***
Kepadatan kota Jogja kali ini bukan karena hari libur , melainkan karena adanya Muktamar Se-abad Muhammadiyah. Kemacetan terjadi di beberapa ruas jalan saat pembukaan Muktamar Satu Abad yang diselenggarakan di Stadion Mandala Krida, Sabtu (03/07/2010). Hal itu yang terjadi di sepanjang jalan Malioboro pukul 10.00 WIB. Diantara hiruk pikuk lalu lalang kendaraan dan pejalan kaki, terlihat beberapa rombongan yang memakai seragam berlogo Muktamar, baik berjalan kaki, naik ojek muktamar maupun bus angkutan umum. Kepadatan juga terlihat di pusat perbelanjaan pasar tradisional Beringharjo, dimana pengunjung banyak co-card beridentitaskan “penggembira” yang dikalungkan di lehernya masing-masing. Para penggembira merasa senang karena untuk mereka yg terdaftar resmi ini akan ada agenda sendiri yang terangkum dalam “tour the Muhammadiyah”. Kebanyakan yang memadati Malioboro ini adalah para penggembira yang transit di alun-alun dan yang mondok di sekitar kauman gondomanan. Hal ini terlihat dari arah para pejalan kaki yang memenuhi sekitar jalan Malioboro yang sudah terlihat mulai dari alun-alun utara.
***
Malam minggu memang tidak selalu identik dengan hura-hura kesana kemari, jalan-jalan bersama kawan-pacar-keluarga-musuh. Malam minggu ini, kegiatan banyak dilakukan di dalam rumah (bagi yang nge-kos ato ngontrak, harap diganti sendiri kata “di rumah”). Keluar rumah atau jalan-jalan mengitari kota sama saja dengan bunuh diri. Bukan karena ada pembantaian massal atau bencana alam, melainkan karena kawasan Jogja kali ini sudah dikuasai oleh orang-orang dengan seragam berlogo “MUKTAMAR SEABAD MUHAMMADIYAH”. Memang dasarnya orang Jogja itu rendah hati alias kalem, makanya malam ini yang seharusnya dihabiskan di luar rumah untuk sekedar melihat hiruk pikuk keindahan Jogja di malam hari, harus mengalah dengan peserta muktamar. Lagipula malam minggu ini langit mendung, mending “Sedia payung sebelum hujan” daripada hujan dulu baru sibuk kebingungan mencari payung, terlihat sangat gegabah. Untung saja sekarang sedang ada pesta sepak bola terbesar di dunia, yaitu Piala Dunia 2010 dan sudah masuk ke babak perdelapan final. Jadi, malam minggu ini bisa semalam suntuk memajang mata kita di depan televisi. Mari kita bersama-sama mengucapkan,”Alhamdulillah” karena malam minggu kita masih bisa terisi dengan senyuman. Hahahahaha..
Oke agan-agan semua. Cukup sudah postingan kali ini. Hanya menggambarkan suasana kota Jogja pada Sabtu, 03 Juli 2010.
Semoga bermanfaat
Salam karya
0 kritikan:
Posting Komentar
Tempat Menghujat