Namun, kali ini bukan lubang jarum lagi atau diskusi layaknya kemarin.
Akan tetapi sekarang kita akan belajar seni cukil mencukil dari komunitas taring padi jogja.
Oke! Mari kita langsung baca saja..
***
Komunitas Taring Padi adalah salah satu komunitas seni cukil yang bertempat di Bantul, Yogyakarta. Tepatnya di dekat Pabrik Gula Madukismo. Mereka mempunyai keahlian membuat lukisan di atas papan kayu. Uiiihhhh.. Kerennn.
Tapi sebelum kita beranjak lebih jauh mengenai cukil mencukil. Sebaiknya kita ketahui dulu bahwa,
Cukil kayu atau xylografi adalah teknik cetak relief dalam seni grafis, di mana gambar dipahat pada permukaan papan kayu, dengan bagian yang akan dicetak tetap sejajar dengan permukaan sementara bagian yang tak dicetak dicukil atau dipahat dengan tatah/alat cukil. Bagian yang dicukil dengan pisau atau tatah hasilnya menjadi "putih" (warna kertas atau bahan lain) , bagian yang tidak dicukil tetap sejajar dengan permukaan aslinya, hasilnya menjadi "hitam" (warna tinta). Seni cukil kayu disebut juga dengan "xilografi" ("xylography") tapi kata ini jarang digunakan dalam bahasa Inggris.
Cukil kayu merupakan teknik cetak relief, merupakan teknik seni grafis paling awal, dan merupakan satu-satunya yang dipakai secara tradisional di Asia Timur. Kemungkinan pertama kali dikembangkan sebagai alat untuk menciptakan pola cetak pada kain, dan pada abad ke-5 dipakai di Tiongkok untuk mencetak teks dan gambar pada kertas. Teknik cukil kayu di atas kertas dikembangkan sekitar tahun 1400 di Eropa, dan beberapa waktu kemudian di Jepang. Di dua tempat ini, teknik cukil kayu banyak digunakan untuk proses membuat gambar tanpa teks.
Seniman yang menggunakan teknik ini:
Albrecht Dürer, Werner Drewes, Hiroshige, Hokusai.
Nah begitulah, keterangan atau pengetahuan tentang Seni Cukil Mencukil kayu.
Sekarang cara membuatnya, berikut penjelasannya ; Kita membuat skets terlebih dulu pada sebidang papan kayu, atau di kertas yang kemudian ditransfer ke papan kayu. Tradisionalnya, seniman kemudian menyerahkan rancangannya ke ahli cukil khusus, yang menggunakan peralatan tajam untuk mencukil bagian papan yang tidak akan terkena tinta. Bagian permukaan tinggi dari papan kemudian diberi tinta dengan menggunakan roller, lalu lembaran kertas, yang mungkin sedikit lembab, ditaruh di bawah papan. Kemudian papan digosok dengan baren (alat yang digunakan di Jepang) atau sendok, atau melalui alat press. Jika memakai beberapa warna, papan yang terpisah dipakai untuk tiap warna.
***
Jadi pada hari Sabtu ini, aku dan temanku—Hikam ikut workshop di Jagongan Media Rakyat, di salah satu komunitas seni cukil; Taring Padi.
Sebenarnya sih tujuan kita mau berkunjung dan ngobrol-ngobrol di komunitas lubang jarum atau pinhole. Tapi, ketika melewati stand komunitas Taring Padi, aku sangat tertarik untuk melihat proses pembuatan lukisan-lukisan dari papan kayu yang membuatnya menggunakan proses mencukil. Waw! Keren dah pokoknya. Dari orang-orang (panitia)-nya mungkin dari luar terlihat berpenampilan menakutkan, rata-rata bertato semua, rambutnya gimbal bak Bob Marley. Huah! Enggan sekali mau ikut workshop ini, akan tetapi cuek wae dah. Belajar bisa dimana-mana. Hmmm..
Setelah obral-obrol sedikit dengan salah satu anggota komunitas taring padi, kami diberikan kesempatan untuk membuat karya melalui seni cukil. Karena hikam tak bisa membuat skets, akhirnya aku yang membuat skets gambarnya di atas lembaran kayu berukuran seperti papan yang biasa dipakai untuk alas lembar jawaban ketika ujian sekolah atau ujian masuk perguruan tinggi. Ide-ku saat itu hanya satu, yaitu “SAATNYA SUARA KAMI DIDENGAR”. Dengan gambar dua orang anak laki-laki (aku tak bisa menggambar anak perempuan, ini kelemahanku) di sisi kanan dan sisi kiri. Dua orang anak itu tergambar sedang berteriak dan seseorang menggunakan jas berdasi rapi di tengah-tengah mereka (saya gambarkan sebagai wakil rakyat). Mereka berteriak kepada seseorang yang menggunakan jas berdasi tersebut,”SAATNYA SUARA KAMI DIDENGARKAN!”. Memang sangat simpel sekali skets-nya, tapi yang paling sulit adalah ketika proses mencukilnya. Huffhhh.... hampir beberapa jam kami konsentrasi ke papan itu. Grrrr... hampir putus asa ketika matahari terlihat akan beranjak pulang. Huah! Saking keburu-burunya, akhirnya sebelum waktu maghrib, akhirnya kami selesaikan cukil mencukil itu. Heheheheh.. *ngelap umbel.
Proses terakhir dari seni cukil ini adalah proses mengecat papan kayu itu dengan cat hitam, kemudian di tempelkan ke atas kertas. Hingga akhirnya semua proses terlewati. Hufff.. *mengembuskan nafas tanda lega. Walaupun hasilnya jelek, yang penting kan prosesnya.
Oke.
Oh, ya.. sedikit menambahi, saat menulis di papan, hurufnya harus terbalik misalnya kita akan menulis “AKU SAYANG KAMU”, kita harus membalik hurufnya jadi terbalik, jadi pas kita nempelkan di kertasnya, tulisan kita bisa dibaca. Hehehehe.. tambahan sedikitnya itu tok. ^_^
***
Begitulah ilmu yang sehari ini Saya dapatkan, mungkin bagi kalian yang belum tahu soal seni cukil mencukil, bisa membaca postingan diatas dan mempratekkannya di rumah, di kos, atau di kontrakan masing-masing.
Untuk kali ini cukup sekian dulu postingannya.
TALK LESS DO MORE !
Oke, Blogger’s.
Semoga postingan kali ini bermanfaat. Amin
SALAM KARYA DAN HIDUPLAH
JANGAN TAKUT UNTUK MENCOBA ASAL JANGAN NARKOBA!
JANGAN TAKUT UNTUK MENCOBA ASAL JANGAN NARKOBA!
2 kritikan:
mas, berkunjung nih hehe..
mas pinjam gambarnya yang paling atas itu boleh ya buat disimpan di blog..saya tulis sumbernya kok mas. kalau tidak bersedia silahkan diprotes ya hehe
silahkan mbak/ mas :D
terima kasih sudah berkunjung ke blog saya.
selamat menikmati :)
Posting Komentar
Tempat Menghujat