Selamat malam Blogger’s Indonesia
.
Setelah sekian lama dalam kebingungan yang disebabkan ketidak-adaannya topik dan ide untuk ku tulis, hahahahaha.. DUNNO MATE, It’s only a matter of time Brooo!!!
Oke Gan! Postingan kali ini mengenai kembalinya sang pujangga kembali ke sekolahnya.
Dan sang pujangga itu adalah sang pemilik blog ini alias Muhammada Ma’elbaqar.
YEAH ! I’LL BE BACK !
***
Setting waktu: Malam tanggal 21 Juni 2010.
Aku menerima sms dari kakak kelas,”Denmas, besok ada acara gag ya? Mbak minta tolong bisa gag ya?”
“Sepertinya gag ada Mbak! Silahkan.. Minta tolong apa ya?”balasku.
“Alhamdulillah. Begini...Besok kan MOS MANU (Madrasah Aliyah Nurul Ummah) dan MtsNu (Madrasah Tsanawiyah Nurul Ummah) dimulai, nah diantaranya kan ada acara Apresiasi Sastra. Aku minta tolong Aan untuk baca puisi ke adek-adek ya? Gimana?”kata Mbak Sinta.
“Puisi? Okelah. Puisinya dari aku sendiri atau sudah disiapin?”jawabku penasaran.
“Begini denmas yang ganteng, puisi semua dari panitia, denmas tinggal baca dan improvisasi saja! OKE!!!”rayu Mbak Sinta.
“Baiklah, Mbak ! Aku manut! Heheheh..” jawabku.
“Oke ! DEAL ! Besok pagi jam 9 kita kumpul di MANU!”kata Mbak Sinta.
“OKE BUDHEEEEEEE!!!”jawabku.
***
Mentari pagi, 22 Juli 2010.
Sepertinya memang sudah ditakdirkan untuk tidak bisa melihat mentari pagi keluar. Arrrhhhggg..
Tapi ya mau bagaimana lagi, aku selalu saja bangun kesiangan. Ketika menarik keluar mata ku yang berselimut ngantuk, merem melek, matahari sudah sibuk mempersiapkan diri untuk berjumpa dengan kehidupan. Ya Tuhannkuuuu... Kesalahan apalagi yang aku perbuat. Hufhhhh.. Ya sudahlah. Berlanjut membersihkan diri alias mandi. Sempoyongan karena perut kelaparan, pergi mencari makanan. Sarapan dulu laaahhhhhh, Gaaannn!!! Hehehe...
Jam 09.00 WIB.
Saatnya menuju ke MANU.
***
Sampai di TKP, obral-obrol dan akhirnya ditentukan bahwa acara Apresiasi Sastra pada jam 11.00 WIB. Menunggu dan terus menunggu hingga waktu manggung tiba. Mati gaya dari jam 9 hingga jam 11. Gregetan. Cuaca memang tidak mendukung, selalu saja bertentangan dengan cuaca siang hari. Ngrokok-ngrokok di tengah-tengah siswa-siswa MA (Madrasah Aliyah), cuek bebek ewek-ewek.
Hampir 2 jam menunggu dengan penuh gaya (khawatir akan mati gaya), jarum jam menunjukkan angka 11 lebih setengah jam alias 11.30 WIB. Lagi-lagi ciri khas Indonesia keluar. Hahahahaha.. MOLORRRR!!! Beberapa menit sebelum jarum jam menunjukkan 11.30, sempat gladi resik baca puisi dulu, aku, Mbak Sinta, dan Hasan).
Alhamdulillah. AKTING DIMULAI!
a -->Hasan Ali Ahmad, salah seorang teman yang sangat amat besar tubuhnya, mengerikan.
b --> Fitri Yasinta , angkatan kedua MANU, yang sangat amat sangat cerewet, tapi juga fasih bahasa inggris.
c--> Saya sendiri yang hanya sebagai seekor ayam.
a. Seuntai sajak perjuangan, buat generasiku.
b. Seuntai sajak asmara, buat kekasihku.
c. Seuntai sajak kehidupan, buat ayamku.
a. Pada bulan November silam, kami bangkit dan bersimpah darah perjuangan, tapi rasanya aku masih berdiri diatas.....
b. Kekasihku..... Aku tak menyangka kau begitu tega putuskan cinta suciku, rasanya ingin kusobek dan kulumat...
c. Pantat ayamku semakin membesar, sebentar lagi telurpun akan keluar lewat...
a. Lorong benteng perjuangan, dan ku lampiaskan dendam benciku pada penjajah, aku muak kekerasan akan kubunuh semua....
b. Ayamkuu....
c. Mengapa engkau begitu tega campakkan cintaku, dulu kau begitu mesra padaku, kau kurengkuh dalam dekapan, tapi kini...
a. Hanya tinggal setetes darah, ku tantang seribu penjajah, ku hancurkan...
b. Surat cinta yang kau kirim kini masih tersimpan rapi, biarlah semua menjadi kenangan, aku tak mampu melupakan...
c. Telur-telur ayamku sebentar lagi menetas, dan aku akan mempunyai banyak....
a. Mayat-mayat terbujur kaku, penuh luka, tapi aku akan tetap menerjang, walau maut menghadang, aku takkan berpaling dari...
b. Manisnya senyummu, menjadi kenangan dalam angan, namun semua telah berlalu, kini hanya tinggal...
c. Bulu-bulu ayamku tumbuh membesar dan bahagia hatiku, oh.... Ayamku...
a. Kubunuh kau! Penghianat! Jangan jadi pengecut, hadapi aku, takkan gemetar aku menghadapi seribu...
b. Cinta yang membiru, kini menjadi hitam, lalu kau berpaling dari....
c. Kotoranmu menjadi pupuk, telurmu sebagian ku jual di....
a. Medan, darah membanjiri bumi pertiwi, pahlawan bangsa gugur demi kemerdekaan...
b. Cintaku.. kini kandas di tengah jalan, aku pergi dengan seribu luka dan membawa...
c. Kotoran ayamku diminta petani dan tetanggaku, yang kering seperti....
a. Peluru senapan, membelah bahana, aku terus maju walau maut akan...
b. Mencari cintaku, kepedihan jiwa, goncang, bimbang, rasanya aku ingin berteriak...
c. Ayamku.. kau mampu merubah nasibku, dari miskin menjadi..
a. Beringas dalam membunuh musuh, aku berteriak maju! Sambil menggenggam...
b. Surat cinta, hanya tinggal kenangan, takkan terlupakan kala kita sama-sama..
c. Bertelur sudah ayamku, entah sudah berapa kali, ayamku... telurmu keluar menjadi.
a. Mocong senjata musuh, dan sekilas mengeluarkan...
b. Janji palsu kala itu, kasihku... Apakah kau tak teringat pada...
c. Pantat ayamku.... akankah kau mengeluarkan....
a. Peluru-peluru berdesingan, rintihan dan erangan ku dengar sayup-sayup diantara...
b. Kidung cinta, berdendang syahdu dalam kalbu kasmaran, mencurahkan rasa cinta, kasih... Mengapa kau tega memberikan sebagian...
c. Telurmu satu demi satu menetas, dan....
a. Meledak! DOOORRR!! Menembus musuh, dan tak kuduga...
b. Kau jual cintamu, lalu kau berpaling dariku, jangan kau kira diri ini tak mampu...
c. Beranak lagi... dan menetas setelah dierami, kemudian...
a. Memberontak, hanya demi kemerdekaan aku pertaruhkan nyawa, gugur seribu pahlawan..
b. Cinta dan dusta terpadu dalam bilik hatimu, aku hanya bisa berkata....
c. Keluarkan telurmu.. walau hanya sedikit, ingin rasanya telur itu....
a. Ku tusuk dengan sebilah pedang, sambil berteriak lantang....
b. Cintaku kandas hingga akhirnya...
c. Di goreng buat makan... ohhh.. ayamku! Seandainya...
a. Cintaku kau tolak, tak apalah, biarlah aku begini sambil menangis..
b. Merdeka! Merdeka!
a. Kasih sayangku!
b. Telur! Telur!
***
Begitulah puisinya, memang tidak terlalu serius, dan malah terlalu menertawakan. Karena, tujuannya hanyalah untuk mengenalkan kepada peserta MOS kepada dunia sastra, dan memberitahu mereka bahwa karya sastra itu bisa dibuat dalam bentuk apapun, tidak harus punya untuk menjadi bisa. Kapanpun, dimanapun, sampai apapun yang kalian lihat, itu bisa dijadikan karya sastra. Tidak harus terlalu ikut-ikut aturan atau tata cara dari buku-buku yang hanya akan membuat otak-otak kalian menjadi bingung, pusing, dan mual-mual, hingga akhirnya muntah dan mati (hahahha.. ini terlalu berlebihan). Okelah! Yang terpenting, jangan pernah berhenti bermimpi.
Dimanapun hati kalian berada, disitulah hartamu berada.
***
Banyak hal yang kupelajari hari ini.
Aku melihat betapa banyak anak-anak ingin bersekolah, bermimpi, ingin mendapatkan ilmu, semangat, dan banyak sekali.
TERUSLAH BERJUANG, KALIAN, GENERASI MUDA BANGSA!
Aku tahu mimpi-mimpi kalian berbeda tapi pada dasaranya sama.
nb ; MOHON MANGAP ! Tulisan di foto "apreasiasi" seharusnya -->seharusnya APRESIASI. HARAP MAKLUM MASIH AMATIRAN. YEAH !
0 kritikan:
Posting Komentar
Tempat Menghujat